Islam dan
Kristen adalah dua agama besar yang percaya dan sama-sama menghormati Yesus.
Namun sudut pandang kedua agama besar ini berbeda dalam memberikan penilaian.
Islam mengatakan bahwa Yesus hanyalah seorang Rasul. Sedang Kristen bersikeras
mempertahankan keilahiannya. Mereka mengatakan bahwa Dia telah mati disalib
untuk menebus dosa-dosa manusia yang percaya. Sementara disisi lain Islam
berpendapat tidak seperti itu. Sudut pandang manakah yang benar?
Beberapa
hari kemaren saya sempat tersenyum ketika membaca artikel yang ditulis oleh
saudara Vivaldi pada link http://www.topix.com/forum/world/malaysia/TM9EHRI29K50TB1NT.
Dalam artikel itu beliau mencoba membuktikan fakta penyaliban Yesus. Untuk
mendukung pendapat beliau, beliau mengutip beberapa ayat suci al-Qurân yang
ditafsirkan menurut pemikiran beliau sendiri. Beliau mengutip terjemahan
al-Qurân dalam bahasa Inggris oleh Yusuf Ali, Rashad Khalifa, Shakir, Sher Ali,
Muhammad Asad dan Muhammad Ali yang juga ditafsirkan dalam kacamata beliau.
Kelihatannya
beliau tidak menguasai Bahasa Arab. Sebab dalam tulisannya beliau tidak pernah
sedikitpun membahas Tata Bahasa Arab. Padahal yang beliau kutip adalah
ayat-ayat al-Qurân, sebuah kitab berbahasa Arab. Saya sarankan, untuk
mendapatkan hujat yang kuat dari al-Qurân pahami dulu bahasa Arab sepenuhnya.
Jangan semata-mata hanya mengandalkan terjemahan. Sebab antara text dan
terjemahan tidak sepenuhnya sama.
Artikel
saudara Vivaldi tersebut membuat hati saya terpanggil untuk membahasnya. Semoga
tulisan ini bisa bermanfaat dan cukup untuk menjawab serta meluruskan penyimpangan
penafsiran ayat al-Qurân dari saudara Vivaldi tersebut.
Islam tidak
meyakini Yesus disalib. Informasi ini jelas segala gamblang dinyatakan dalam
al-Qurân, surat An-Nisa’ 4:157.
Dan Karena
Ucapan mereka: "Sesungguhnya kami Telah membunuh Al Masih, Isa putra
Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh
itu adalah Isa.
Berdasarkan
ayat inilah Islam menyatakan sudut pandangnya bahwa ‘Isa (Yesus) tidak
benar-benar disalib. Informasi dalam ayat ini cukup jelas, eksplisit dan tidak
mendua arti. Saya heran kenapa tiba-tiba saudara Vivaldi mengatakan
al-Qurân menolak penyaliban Yesus dengan samar-samar, padahal ayat ini
sudah begitu terang menyatakannya. Saudara Vivaldi sempat mengatakan ada
pertentangan. Saya ingin bertanya, mana pertentangan itu…? Tidak ada dibagian
manapun dalam al-Qurân yang bertentangan dengan ayat ini.
Jika kita
periksa, sebenarnya pertentangan pendapat hanya ada dibarisan para ulama. Bukan
dalam al-Qurân. Para ulama memang berbeda pendapat dalam hal sejarah
penyaliban. Berangkat dari perbedaan pendapat inilah saudara Vivaldi
kelihatannya menyusun kekuatan untuk menghujat al-Qurân. Jika kita memperhatikan
semua pendapat para ulama itu, seluruhnya akan bermuara pada surat An-Nisa’
4:157 di atas. Mereka semua sepakat mengatakan bahwa Yesus tidak disalib.
Sejarah
penyaliban itu telah terjadi ratusan tahun sebelum Nabi Muhammad Sallahu
‘Alaihi wa Sallam lahir. Dan para ulama mengeluarkan pendapat jauh setelah
kewafatan-Nya. Jadi dalam kurun waktu selama itu wajar-wajar saja banyak
terdapat pertentangan pendadat. Coba kita perhatikan sejarah supersemar.
Peristiwa itu baru terjadi beberapa tahun lalu dan sekarang sejarahnya sudah
banyak yang simpang siur. Apalagi peristiwa yang telah terjadi ribuan tahun
silam. Jadi wajar-wajar saja banyak perdapat yang berbeda.
Saudara
Vivaldi tidak seharusnya menyinggung perbedaan pendapat ini. Sebab ummat
Kristen sendiri pun sebenarnya secara keseluruhan tidak memiliki sudut pandang
yang sama. Diantara mereka juga terdapat perbedaan pendapat. Kecuali jika
memang mereka semua sepakat mengatakan Yesus mati di tiang salib asli tanpa
rekayasa. Wajar beliau menyinggungnya. Cuma kenyataannya tidak seperti itu.
Menurut tulisannya, beliau juga sebenarnya mengakui adanya perbedaan pendapat
diantara mereka.
Dalam
artikelnya, saudara Vivaldi menuliskan bahwa, katanya banyak ulama-ulama Islam
yang mengarang-ngarang cerita berkaitan masalah sejarah penyaliban. Tuduhan itu
memang pada khususnya beliau tujukan pada golongan Ahmadiyah. Namun walau
demikian, tentu imbasnya akan mengenai seluruh ummat Islam. Justru itu rasanya
pemikiran-pemikiran para ulama Islam perlu diperjelas.
Ulama-ulama
Islam mengeluarkan pendapat sebenarnya bukan tanpa dasar. Apabila kita periksa
pendapat mereka, jelas terdapat ada persamaan dengan apa yang tertulis di
buku-buku kuno yang disusun sebelum masa Nabi Muhammad Sallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Contohnya, sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang disalib
sebagai pengganti Yesus adalah Yudas Iskariot. Pendapat ini sesuai dengan apa
yang tertulis di dalam injil Barnabas yang disusun pada abad ke-2 M. Periksa
Barnabas: 215-218.
Pendapat-pendapat
ulama lain pun ada persamaan dengan kitab-kitab yang telah disusun sebelum abad
ke-5 M. Seperti Injil 2 kitab Jeus yang disusun pada abad ke-3, Injil Wahyu
Petrus yang disusun abad ke-4, Injil Risalah kedua Set Agung yang disusun pada
abad ke-2 dan Injil Perbuatan-Perbuatan Yohanes yang juga disusun pada abad
ke-2 M. Periksa juga gulungan kitab Najah Hamadi.
Tulisan
kitab-kitab di atas membuktikan bahwa sebelum abad ke-5 sejarah penyaliban
Yesus telah hadir dalam berbagai versi. Orang-orang yang hidup pada masa itu
sudah memiliki pandangan yang berbeda. Ketika Nabi Muhammad Sallahu ‘Alaihi
wa Sallam menyebarkan ajaran agama Islam pada abad ke-6, banyak diantara
orang-orang Yahudi dan Nasrani mengikuti. Cerita-cerita yang mereka ketahui
sebelumnya masing-masing mereka bawa kedalam Islam. Dari sanalah para ulama
Islam mengutip pendapat. Dikarnakan mereka yang masuk Islam ini memiliki
pandangan yang tidak sama, maka itu menjadi penyebab berbedanya pendapat
ulama-ulama Islam. Jadi para ulama Islam itu tidak mengarang-ngarang cerita.
Masalah
pandangan Ahmadiyah saya tidak ingin membahasnya. Sebab mereka itu adalah
golongan yang tidak diakui dalam Islam. Syeikh Ahmad Deedat sebenarnya
tidak mempopulerkan pendapat mereka seperti yang dituduhkan oleh saudara
Vivaldi. Tapi dia mempopulerkan apa kata al-Kitab. Insya Allah nanti akan saya
bahas pada blog lain.
Saudara
Vivaldi dalam artikelnya memberi tuduhan bahwa al-Qurân adalah wahyu Muhammad Sallahu
‘Alaihi wa Sallam yang didapat dari dengar-dengaran dari kiri kanan
sehingga menghasilkan cerita yang tidak lengkap dan membingungkan. Sebenarnya
bila kita ungkap lembaran sejarah, tuduhan itu pantasnya ditimpakan kepada
al-Kitab ummat Kristen bukan kepada al-Qurân. Sebab al-Kitab perjanjian baru
seperti yang kita tau ditulis jauh setelah Yesus diangkat. Saudara Vivaldi
sendiri mengakui, Injil Matius ditulis tahun 60 masehi, Markus tahun 55-65, dan
Lukas tahun 60-63. Semua injil itu ditulis jauh setelah Yesus tidak ada dibumi
ini lagi. Mereka menulisnya berdasarkan ingatan dan dengar-dengar dari kiri
kanan.
Bagaimana
dengan al-Qurân? Seluruh al-Qurân sudah ada dan lengkap sebelum Nabi agung
Muhammad Sallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat. Saat al-Qurân turun ayat demi
ayat langsung ditulis dan dihafalkan oleh para sahabat atas bimbingan Nabi Muhammad
sendiri. Kebiasaan menghafal al-Qurân sejak itu sudah memasyarakat di kalangan
kaum muslimin sampai sekarang. Jutaan ummat Islam yang hafal seluruh al-Qurân
sampai saat ini. Lalu bagaimana dengan ummat Kristen? Sepanjang sejarah, belum
ada satu orang pun ummat Kristen yang dapat menghafal kitab Injil.
Jika memang
saudara Vivaldi tidak meyakini al-Qurân dari Tuhan, saya ingin menantang beliau
dengan tantangan al-Qurân itu sendiri. Al-Qurân didalam surat al-Baqarah 2:23
mengatakan.
Dan jika
kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba
kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Monggo Mas
……………
Saudara
Vivaldi mengatakan al-Qurân tidak lengkap karena tidak menuliskan sejarah
penyaliban. Sebab itu al-Qurân tidak terperinci. Padahal itu sendiri sudah
lengkap. Bagaimana dengan Al-Kitab, Apa Injil lengkap dan terperinci? Kalau
iya, tolong tunjukkan sejarah kehidupan Yesus mulai dari lahir sampai diangkat
kesorga. Terutama ketika dia berumur 12-30 tahun. Dimana dia dan apa yang dia
lakukan? Sebab dalam Injil saya hanya menjumpai sebagian dari sejarah hidupnya.
Saat lahir dan ketika berumur 1-2 tahun, Injil Matius bab 1 dan 2 juga dalam
Injil Lukas pada bab yang sama. Dalam Lukas 2:41-52 juga diceritakan sejarah
ketika dia berumur 12 tahun. Setelah itu raib entah kemana. Kemudian pada Lukas
3:23 baru kembali muncul. Dan ketika itu dia sudah berumur 30 tahun. Kemana dia
selama kurun waktu 18 tahun dan apa yang dia lakukan? Berarti Injil juga tidak
lengkap dan tidak terperinci menulis sejarah hidup Yesus. Bayangkan tokoh utama
di dalam novel al-Kitab perjanjian baru tiba-tiba hilang.
Tidak
tertulisnya sejarah penyaliban di dalam al-Qurân tidak berarti al-Qurân itu
tidak lengkap dan tidak terperinci. Ingat, al-Qurân bukanlah buku novel yang
dapat menceritakan sejarah hidup seseorang secara lengkap. An-Nisa’ 4:157 itu
bukan menceritakan masalah penyaliban, tapi hanya sekedar memberi informasi
bahwa Yesus tidak disalib. Mungkin ada yang bertanya, kenapa al-Qurân hanya
memberi informasi bukan menceritakan?
Kita semua
tau, manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Kita diberi otak, tenaga,
kekuatan dll. Tuhan selaku penguasa tidak ingin hamba-Nya menjadi pemalas dan
manja sehingga makan pun harus disuapi. Dia sudah memberi informasi secara
lengkap bahwa Yesus tidak disalib. Maka manusia yang sudah diberi otak, tenaga
dan pikiran itu harus berusaha mencari tau apa sebenarnya yang telah terjadi.
Jika saya seorang dosen, saya tidak harus memberitau mahasiswa saya tentang
huruf-huruf apa yang mesti mereka tulis dalam makalah mereka. Saya sudah
memberi mereka judul, maka untuk menyelesaikan makalah itu mereka harus
berusaha mencari berita dari berbagai sumber yang mereka anggap otentik.
Jadi jika
al-Qurân tidak menceritakan sejarah penyaliban secara lengkap, tidak berarti
al-Qurân tidak terperinci. Saya terpaksa menyanggah tulisan saudara Vivaldi
saat beliau menyinggung al-Qurân surat al-An’am 6:114. Katanya ayat itu
bermasalah karena mengatakan al-Qurân terperinci. Sementara dalam pandangan
beliau tidak demikian. Saya ingin memberi sebuah logika sederhana. Misalnya,
jika saya seorang bendahara di satu organisasi. Dalam sebuah pertemuan yang diadakan
dengan seluruh anggota saya disuruh menginformasikan rincian keuangan
organisasi dengan lengkap. Pada gilirannya saya pun maju. Ketika membicarakan
keadaan uang keluar saya mengatakan, pada tgl 1 April 2010 kas dikeluarkan
untuk membeli buku demi melengkapi perpustakaan. Saya hanya menginformasikan
itu. Saya tidak memberitau bagaimana proses pembelian itu dilaksanakan. Ke toko
buku mana saya pergi, dengan kenderaan apa, siapa teman saya, tidak ada
penjelasan. Apa itu berarti saya tidak terperinci dalam memberi penjelasan?
Tidak… saya tetap dikatakan terperinci.
Sdr Vivaldi
mengutip ayat al-Qurân surat al-Maidah 5:116-117 untuk menguatkan argumennya
tentang Yesus telah mati. Beliau mengutip terjemahan al-Qurân dalam Bahasa
Ingris oleh Yusuf Ali, Rashad Khalifa dll. Dan beliau mempermasalahkan Past
Tense. Saya sudah katakan sebelumnya, seharusnya untuk bisa memahami
al-Qurân pelajari dulu Bahasa Arab dengan tuntas. Saya tidak mengatakan
terjemahan Yusuf Ali dll salah. Insya Allah mereka semua benar. Yang salah
adalah saudara Vivaldi sendiri dalam memahami. Selengkapnya ayat tersebut
berbunyi:
Dan
(Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu
mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah Aku dan ibuku dua orang Tuhan
selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika Aku pernah
mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan Aku
tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".
Aku tidak
pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan
adalah Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama Aku berada di antara mereka.
Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang Mengawasi mereka. dan Engkau
adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu.
Yang menjadi
acuan bagi saudara Vivaldi untuk memperkuat argumennya adalah kalimat, ﻓَﻠَﻤﱡﺎ ﺗَﻮَﻓَّﻴْﺘَﻨِﻰ (Maka setelah Engkau Wafatkan
aku) yang terdapat pada pertengahan ayat 117. Kata ﺗَﻮَﻓﱡﻰ sesuai terjemahan Bahasa Ingris
oleh Yusuf Ali dll ditulis dalam bentuk Past Tense. Karena itu saudara
Vivaldi menyimpulkan saat ini Yesus telah meninggal. Sepertinya saudara Vivaldi
belum memahami latar belakang ayat ini. Surat al-Maidah 5:116-117 di atas
adalah dialog antara Allah dan Yesus pada hari kiamat. Dalam dialog itu Yesus
mangatakan, maka setelah Engkau Wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi
mereka. Disini Yesus menyatakan bahwa dia telah mati. Ya, itu memang
benar. Kenapa…? Karena dialog itu akan terjadi nanti pada hari kiamat dan
ketika itu Yesus memang telah mati.
Kata ﺗَﻮَﻓﱡﻰ sebenarnya dapat juga diartikan dengan mengambil. Periksa
kamus Arab-Indonesia karya Prof. DR. H. Mahmud Yunus, 1989. Para ulama Islam
banyak yang menafsirkan dengan kata ini. Sehingga mereka berpendapat bahwa
ucapan Yesus pada pertengahan surat al-Maidah 5:117 diatas bukan menyatakan
kewafatan, namun justru pengangkatannya. Sebab terjemahan ayat itu paling
tepat, Maka setelah Engkau mengambil aku. Mengambil artinya mengangkat,
bukan mewafatkan.
Saya dengar
saudara Vivaldi tidak setuju dengan terjemahan ini. Beliau tetap bersikeras
mengatakan bahwa arti ﺗَﻮَﻓﱡﻰ adalah wafat atau meninggal.
Sampai-sampai beliau dalam tulisannya mengemukakan referensi dari kamus Bahasa
Indonesia W.I.S. Poerwadarminta BPK, 1976. Kalau memang beliau tetap
menginginkan demikian tidak masalah, tetap ada penjelasan untuk itu. Jika kata ﺗَﻮَﻓﱡﻰ diartikan dengan wafat, itu
berarti kematian Yesus setelah kedatangannya yang kedua. Dalam hal ini saudara
Vivaldi mengangkat dua point permasalahan.
- Jika Isa belum pernah wafat, berarti Allah belum mengawasi “mereka” (Murid-murid langsung Isa)
- Jika Isa akan wafat setelah kedatangannya yang kedua kali, saat itu “mereka” (murid-murid langsung Isa) sudah ribuan tahun wafat. Jadi siapa yang akan “diawasi” oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Di dalam
surat al-Maidah 5:116 dikatakan: Hai ‘Isa putra Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada “manusia”. Kata yang digunakan disana adalah ﻟِﻠﻨﱡﺎﺱِ yang berarti “manusia”.
Allah tidak mengatakan, Hai ‘Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
“12 orang muridmu”. Perhatikan, Allah tidak katakan itu. Allah mengatakan
manusia, itu berarti kepada seluruh manusia khususnya yang menganggap dia dan
ibunya sebagai Tuhan. Termasuk orang-orang Kristen sekarang. Yesus tidak pernah
mengatakan dia Tuhan. Baik dalam al-Qurân maupun dalam al-Kitab orang Kristen
sendiri. Silahkan buka al-Kitab yang berjumlah 66 buku itu. Temukan apakah ada
disana tertulis pernyataan dari Yesus sendiri yang mangatakan dia Tuhan atau
yang menyuruh untuk menyembah dia?
Apabila
diperiksa injil Yohanes 14:28 disana dia mengatakan, Bapa lebih besar dari
aku. Pada bab 10:29 dia katakan, Bapaku lebih besar dari siapa pun. Dalam
injil Matius 12:28 dia katakan, Aku mengusir setan dengan kuasa roh Allah.
Pada injil Lukas 11:20 dia katakan, aku mengusir setan dengan kuasa
Allah. Selanjutnya dalam Injil Yohanes 5:30 dia katakan, Aku tidak dapat
berbuat apa-apa dari diriku sendiri, aku menghakimi sesuatu dengan apa yang aku
dengar dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri,
melainkan kehendak dia yang mengutus aku.
Tidakkah
pernyataan itu sudah cukup menjadi bukti bahwa dia hanya orang biasa seperti
kita. Ada apa dengan kalian duhai orang-orang Nasrani…? Kenapa kalian membuat
semua orang heran dengan kalian…? Yesus menyuruh untuk menyembah Allah tapi
kalian justru menyembah dia. Yesus mengatakan bahwa dia tidak mampu melakukan
apapun sendirian tapi kalian menganggapnya mampu. Yesus mengatakan tidak tau,
tapi kalian menganggapnya tau. Ada apa dengan kalian duhai orang-orang yang
berpendidikan…? Tidakkah kalian sadar bahwa pemikiran kalian itu bertentangan
dengan isi kitab suci kalian sendiri….?
Kembali pada
saudara Vivaldi. Maksud kata ﻟِﻠﻨﱡﺎﺱِ
(manusia) yang ada pada surat
al-Maidah 5:116 di atas ditujukan kepada seluruh manusia khususnya yang
menganggap Yesus dan ibunya Tuhan. Kata ini bukan ditujukan hanya kepada
murid-murid Yesus. Sementara al-Qurân surat al-Maidah 5:117, ….adalah Aku
menjadi saksi terhadap mereka, selama Aku berada di antara mereka… Ini maksudnya,
pada kedatangan Yesus yang kedua nanti dia akan menjadi saksi bagi siapa pun
yang menganggap dia dan ibunya sebagai Tuhan. Dia akan bilang bahwa mereka
tidak akan pernah mendapat surga dengan berpegang kepada kepercayaan itu.
Kesaksian
dia ini juga ada dijelaskan didalam Injil Matius 7:21-23. 21Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22Pada
hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak
mujizat demi nama-Mu juga? 23Pada waktu itulah Aku akan berterus
terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari
pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Perhatikan 3
ayat Injil Matius bab 7 di atas. Siapa kira-kira orang yang dimaksudkan
Yesus...? Jawabannya jelas orang-orang Kristen. Merekalah yang dimaksud oleh
Yesus pada ayat itu. Sebab, yang berseru kepada dia dengan sapaan Tuhan cuma
mereka. Yang bernubuat demi nama dia juga mereka. Yang mengusir setan demi nama
dia juga mereka dan yang mengadakan banyak mukjizat demi nama dia juga mereka.
Jadi jelas, orang yang dimaksud oleh Yesus dalam Matius 7:21-23 diatas adalah
orang-orang Kristen. Kemudian pada ayat 23 Yesus mengusir mereka. Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan.
Jadi pada
kedatangannya yang kedua Yesus akan datang menjadi saksi. Dan setelah
kedatangan itu, mereka semua yang keliru akan kembali kejalan yang benar. Dan
selama dia masih bersama mereka, dia akan tetap mengawasi mereka. Setelah dia
meninggal maka yang akan mengawasi mereka adalah Allah. Masalah terselesaikan.
Kemudian
saudara Vivaldi bertanya, kalau begitu sekarang Allah belum mengawasi mereka…?
Jawabannya sudah diberikan pada akhir ayat 117 di atas. Allah maha menyaksikan
atas segala sesuatu. Jadi saudara Vivaldi tidak perlu khawatir, Allah akan
tetap mengawasi anda dan teman-teman anda yang lain, juga akan mengawasi segala
ciptaan-Nya kapan pun waktunya. Untuk mengukuhkan jawaban saya pada pertanyaan
pertama saudara Vivaldi, saya ingin membuat sebuah contoh. Menjelang kematian
seorang pria berpesan kepada istrinya, “Istriku, setelah aku wafat nanti,
kamulah yang akan mengawasi anak-anak kita”. Bagaimana menurut anda tentang
cerita itu…? Apa selama ini istri orang tersebut tidak mengawasi anak-anak
mereka…? Tentu tidak. Walaupun sang suami berkata demikian tidak berarti selama
ini istrinya tidak mengawasi anak-anak mereka.
Selanjutnya
saudara Vivaldi bertanya, Kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya
kepada Isa tentang apa yang pernah/ tidak pernah dikatakan oleh Isa? Apakah
Allah Subhanahu wa Ta’ala lupa bahwa Isa memang tidak pernah mengatakan
demikian?
Allah maha
suci dari segala sifat kekurangan. Allah bertanya bukan karena dia lupa atau
tidak tau. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, surat al-Maidah
5:116-117 di atas adalah dialog antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
Nabi Isa ‘Alaihissalam di hari kiamat. Ketika itu semua orang yang
pernah mempertuhankan dia dan ibunya akan berkumpul disana. Saat itulah Allah
bertanya kepadanya seperti dalam surat al-Maidah 5:116 diatas. Lalu dia pun
memberi jawaban bahwa dia tidak pernah mengatakan demikian. Tujuan pertanyaan
itu diberikan agar Yesus dapat menyatakan sendiri secara langsung di hadapan
mereka bahwa dia tidak pernah memproglamirkan dirinya dan ibunya menjadi dua
orang Tuhan selain Allah. Jadi Allah bertanya bukan karena lupa atau tidak tau,
tapi agar penjelasan keluar dari bibir Yesus sendiri di hadapan mereka. Jadi
kesimpulannya, pertanyaan itu adalah untuk orang ketiga yang tidak tau apa-apa.
Seterusnya
tentang al-Qurân surat Ali Imran 3:55. Yang menjadi acuan bagi saudara Vivaldi
dalam ayat ini juga dalam kalimat ﺗَﻮَﻓﱡﻰ. Seperti pembahasan sebelumnya, kata ﺗَﻮَﻓﱡﻰ dapat juga
diterjemahkan dengan mengambil. Jadi pada ayat ini Allah mengatakan
bahwa ‘Isa akan dia ambil dan dia angkat serta dia bersihkan dari orang-orang
kafir. Jelas tidak ada masalah dengan ayat ini. Saya harap saya sudah menjawab
semua penafsiran yang salah dari saudara Vivaldi terhadap al-Qurân dalam hal
penyaliban. Alhamdulillah tidak ada masalah. Semua isi al-Qurân benar dan tidak
sedikitpun terdapat kekeliruan.
Juga masih
dalam kaitan penyaliban, saudara Vivaldi mengutip ayat-ayat dari Injil
Barnabas. Buat saya pribadi, sebenarnya Injil Barnabas itu jauh lebih bagus dan
lebih bisa dipertanggung jawabkan dari pada al-Kitab yang dipakai ummat Kristen
sekarang. Entah kenapa mereka menolaknya. Padahalkan sama-sama Injil. Saudara
Vivaldi sepertinya menganggap cerita dalam Injil Barnabas itu tidak dapat
diterima akal. Berikut isi Injil Barnabas yang dianggap tidak masuk akal itu.
(Dicopy Paste dari tulisan saudara Vivaldi)
Sekarang
kita lihat apa yang diceritakan oleh “Injil”Barnabas tentang penyaliban Yesus
dan silahkan menilai sendiri apakah ceritanya masuk akal atau tidak.
Sumber :
Injil Barnabas Chapter 216
Judas
entered impetuously before all into the chamber whence Jesus had been taken up.
And the disciples were sleeping. Whereupon the wonderful God acted wonderfully,
insomuch that Judas was so changed in speech and in face to be like Jesus
Judas
mendahului semuanya memasuki ruangan dimana Yesus telah diangkat. Dan semua
murid sedang tertidur. Kemudian Allah melakuknan mujizat dimana wajah dan cara
berbicara Yudas berubah menjadi seperti Yesus. Kisah berlanjut dimana Yudas
dalam wujud Yesus berteriak-teriak kalau dia bukan Yesus malainkan Yudas saat
diperiksa oleh imam-imam Yahudi.
Sumber :
Ibid Chapter 217
Judas
answered:'I have told you that I am Judas Iscariot, who promised to give into your
hands Jesus the Nazarene; and you, by what are I know not, are beside
yourselves, for you will have it by every means that I am Jesus.' The high
priest answered …..
Yudas
menjawab, “aku telah memberitahumu bahwa aku adalah Yudas Iskariot, yang
menjanjikan akan menyerahkan Yesus dari Nazaret, dan oleh sebab yang aku tidak
ketahui, selain kamu ketahui sendiri, kamu telah menuduh bahwa aku adalah
Yesus” Imam tertinggi menjawab….
Yudas dalam
wujud Yesus masih terus menangis-nangis saat digiring dan disalibkan di
Kalvari
Sumber :
Ibid Chapter 217
So they led
him to Mount Calvary, where they used to hang malefactors, and there they
crucified him naked; for the greater ignominy. *Judas truly did nothing else
but cry out:'God, why have you forsaken me, seeing the malefactor has escaped
and I die unjustly?'
Sungguh aku
berkata bahwa suara, wajah dan tubuh Yudas sungguh mirip Yesus, sehingga
seluruh pengikut-pengikutnya mempercayai dialah Yesus ….. Dan juga mereka yang
menemani ibu Yesus datang ke Kalvari, tidak hanya hadir saat kematian Yudas,
Namun terus menerus menangis.
Sulit
dibayangkan bahwa “Yesus Yudas” yang teriak-teriak dan menangis sambil
menyangkal dia adalah Yesus dihadapan umum masih dijadikan panutan oleh
pengikut-pengikutnya. Bahkan pengikut-pengikutnya masih mau meninggal demi nama
“Yesus Yudas” yang menangis-nangis saat mau disalibkan. Benar-benar lelucon ala
muslim.
Kutipan
Injil Barnabas diatas sepertinya tidak ada yang tidak masuk akal. Semuanya
dapat diterima. Mana disana yang tidak mungkin…? Apakah karena Yudas
berteriak-teriak dan menangis mengatakan bahwa dia bukan Yesus…? Itu hal yang
wajar. Dia tau bahwa dia akan dihukum mati sebab Imam-Imam Yahudi menganggap
dia adalah Yesus. Untuk menyangkal anggapan itu wajar dia berteriak. Ini tidak
mustahil.
Manakah
disana hal yang tidak mungkin. Apakah perobahan wajah dan cara bicara Yudas
yang langsung identik dengan Yesus…? Itukah yang tidak mungkin…? Itu juga
sebenarnya tidak mustahil, sebab semua terjadi karena mukjizat. Coba ingat
kisah kelahiran Yesus. Atas izin Allah dia lahir dari rahim seorang wanita yang
masih perawan. Al-Qurân dalam surat Ali Imran 3:45-47 dan Injil Lukas bab 1-2
menyebutkannya. Yesus bisa menghidupkan orang mati atas izin Allah, al-Qurân
surat Ali Imran 3:49 dan Injil Lukas 7:12-15 menceritakannya. Kemudian Nabi
Musa, atas Izin Allah juga tongkatnya bisa berobah menjadi ular. Periksa
al-Qurân surat Asy Syu’ara 26:32 dan kitab Keluaran 4:3.
Jika Allah
dapat membuat Yesus lahir dari rahim seorang wanita perawan, dapat membuat
Yesus bisa menghidupkan orang mati dan dapat membuat tongkat Nabi Musa berobah
menjadi ular. Lalu kenapa Allah tidak dapat merobah wajah dan suara Yudas
menjadi sama persis dengan Yesus. Itu mungkin saja. Jadi karena saudara Vivaldi
menyuruh untuk memberi penilaian pada Injil Barnabas, maka saya katakan bahwa
apa yang tertulis dalam Barnabas itu dapat diterima akal. Sebab semua terjadi
karena mukjizat.
Pada akhir
tulisannya saudara Vivaldi memberikan 18 point yang sebagian besarnya
menyinggung masalah Yesus. Saya akan bahas Insya Allah satu per satu. Namun
sebelum itu saya ingin sedikit member komentar pada tulisan di awal artikel
beliau. Disana beliau mengatakan, penyaliban adalah penebusan dosa-dosa manusia
yang mau percaya, sementara kebangkitan adalah tanda bahwa Yesus Kristus
mempunyai kuasa untuk mengalahkan maut.
Sepertinya
kedua defenisi itu bermasalah. Tidak mungkin dosa seseorang dapat ditanggungkan
pada orang lain. Setiap orang akan bertanggung jawab atas dosanya
masing-masing. Hal ini diakui oleh al-Kitab ummat Kristen sendiri. Periksa
Yehezkiel 18:20. Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak
akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung
kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan
orang fasik akan tertanggung atasnya.
Hal ini
sesuai dengan apa yang dikatakan al-Qurân surat ar-Rum 30:44 dan surat
al-Mukmin 40:28 bahwa setiap orang akan menanggung akibat dari kesalahannya
masing-masing. Jika setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, lalu
dosa siapa yang ditanggung oleh Yesus di tiang salib…? Masalah kebangkitan,
katanya itu menjadi bukti bahwa Yesus punya kuasa untuk mengalahkan maut. Kalau
dia mampu mengalahkan maut, mengapa dia harus mati…? Bukankah seharusnya maut
itu yang akan tunggang langgang dia tendang begitu datang dihadapannya…? Tapi
kata orang Kristen dia mati, berarti dia kalah. Kalau dia menang, dia tidak
akan mati.
Saudara
Vivaldi menyatakan 18 point. Katanya semua itu adalah petunjuk agar manusia
dapat mencapai surga.
1. Isa ‘Alaihissalam.
Itu jalan yang lurus supaya diikuti
"Dan
sesungguhnya Isa itu benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat karena
itu janganlah kamu ragu tentang hari kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan
yang lurus." "Wa innahu la'ilmul lis saa'ati fa laa tamtarunna
bihaa wa tabi'uuni haadzaa shiraathum mustaqiim." (Qs. 43 Az Zukhruf 61)
Saudara
Vivaldi salah anggapan pada kalimat “Ikutilah Aku” dalam ayat diatas.
Kalimat itu bukanlah ucapan Isa (Yesus). Itu adalah bimbingan dari Allah kepada
Nabi Muhammad agar beliau menyuruh orang-orang Quraisy mengikuti beliau. Sebab
mengikuti beliau adalah jalan yang lurus. Jika pun itu untuk Yesus, maka
mengikuti ajaran beliau juga keselaman. Ikuti Yesus dan tinggalkan Paulus.
2. Isa ‘Alaihissalam.
Itu pembawa terang supaya ditaati
"Dan
tatkala Isa datang membawa terang dia berkata sesungguhnya aku datang membawa
hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian yang apa kamu perselisihkan
tentangnya, maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaKu." "Wa
lammaa jaa-a 'Isa bil bayyinaati qaala qad ji'tukum bil hikmati wali ubayina
lakum ba'dhal ladzii tathtalifuuna fiihi fat taqullaaha wa athii'u." ( Qs. 43 Az Zukhruf 63)
Ada masalah
dalam pemikiran orang-orang Kristen ketika menafsirkan kata mengikuti dan
Menaati. Ketika dikataan bahwa Yesus harus ditaati atau diikuti mereka
langsung mengklaim bahwa Yesus adalah Tuhan. Mereka salah persepsi dalam
memahami kedua kata itu. Mengikuti dan menaati Yesus tidak berarti menuntut defenisi
ketuhanannya. Coba perhatikan baik-baik sesuai konteks apa yang dikatakan Yesus
kepada seseorang yang datang kepadanya. Tertulis dalam Matius 19:21
Kata Yesus
kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Dalam ayat
itu Yesus bilang Ikuti aku. Mengikuti Yesus itu berarti mengikuti segala
apa yang dia katakan. Dia tidak menuntut agar orang menyembah dia. Jika
diperhatikan pada ayat sebelumnya. Pada ayat 16-17 di kitab dan pasal yang
sama. Disana dikatakan.
16Ada seorang datang kepada Yesus,
dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?" 17Jawab Yesus: "Apakah
sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik.
Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah
Allah."
Diakhir ayat
17 dia perintahkan untuk menuruti perintah Allah. Mengikuti dan menaati Yesus
itu bebrarti mengikuti dan menaati apa yang dia katakan. Yesus mengatakan agar
menuruti perintah Allah, maka itulah yang harus diikuti dan ditaati. Setiap
Nabi selalu mengatakan kalimat itu kepada ummatnya. Musa bilang ikuti dan taati
aku, Yesus bilang ikuti dan taati aku, Muhammad juga bilang ikuti dan taati
aku. Apa itu berarti mereka semua memiliki defenisi ketuhanan…? Jawabannya
tentu tidak. Jadi mengikuti dan menaati Yesus tidak berarti mengatakan dia
Tuhan.
3. Isa ‘Alaihissalam.
Mengatakan perkataan yang benar
"Itulah
Isa putra Maryam yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka
berbantah-bantahan tentang kebenarannya." "Dzaalika 'Isabnu
Maryama qaulal haqqil ladzii fiihi yamtaruum." (Qs. 19 Maryam 34)
Saya sangat
setuju dengan al-Qurân dan saudara Vivaldi bahwa Nabi Isa selalu mengatakan
perkataan yang benar. Salah satu sifat yang wajib bagi Nabi adalah Siddiq
“selalu berkata benar”
4. Isa ‘Alaihissalam.
Itu utusan allah dan firmannya
"Sesungguhnya
Isa Almasih putra Maryam itu utusan Allah dan firmanNya." "Inamal
Masihu 'Isabnu Maryama rasulullahi wa kalimatuhu." (Qs. 4 An Nisa 171)
5. Isa ‘Alaihissalam.
Adalah roh allah dan kalimatnya
"Isa
itu sesungguhnya Roh Allah dan firmanNya." "Isa faa innahu Rohullah
wa kalimatuhu."
(Hadits Anas bin Malik hal.72)
6. Isa adalah
roh allah yang menjelma menjadi manusia yang sempurna
"...Kami
mengutus Roh Kami kepadanya, maka ia menjelma dihadapannya menjadi manusia yang
sempurna." "...arsalnaa ilaihaa ruuhanaa fa tamatstsala lahaa
basyaran Sallahu ‘Alaihi wa Sallamiyya." (Qs. 19 Maryam 17)
Saudara
Vivaldi hanya menuliskan potongan ayat dari surat an-Nisa’ 4:171. Dia tidak
mengutip ayat dengan utuh sehingga mengakibatkan orang-orang yang membaca jadi
kehilangan konteks. Secara keseluruhan ayat tersebut berbunyi.
Wahai Ahli
Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah
kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci
Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
Pada awal
ayat Allah berpesan kepada Ahli Kitab (Yaitu Ahli Kitab Injil), agar mereka
jangan melampaui batas dalam beragama. Melampaui batas disini adalah terlalu
berlebihan sehingga mereka ikut mengatakan ‘Isa itu Tuhan seperti halnya
orang-orang Nasrani. Allah menyuruh mereka agar beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya serta jangan mengatakan Tuhan itu tiga. Nabi ‘Isa hanyalah seorang
Rasul yang diutus oleh Allah dan dia bukan bagian dari trinitas. Inilah pesan
dari ayat tersebut diatas.
Orang-orang
Kristen, ketika melihat kalimat Roh Allah dan Kalimat/ Firman Allah dalam
al-Qurân, mereka langsung menganggap keduanya sama dan satu dengan Allah.
Ini salah. Dari segi bahasa jika kita periksa, kedua kalimat itu (ﺭُﻭْﺡ ُﺍﷲ dan كَلِمَةُ الله/ كَلِمَتُهُ) adalah susunan Mudhof dan Mudhofun Ilaih yang disederhanakan
dengan istilah Idhofah. Menurut grammar Bahasa Arab didalam kalimat Idhofah
memiliki tiga takdir yang disembunyikan. Yaitu, ﻟِ (kepemilikan), ﻣِﻦْ (dari) dan ﻓِﻰ (pada).
Pada dua
kalimat Idhofah diatas ( رُوْحُ اللهdan كَلِمَةُ الله ) jika kita artika sesuai Tata Bahasa tentu harus ada salah satu
takdir yang tiga. Bila kita memasukkan takdir ﻟِ maka kedua
kalimat itu masing-masing akan berarti Ruh milik Allah dan Firman
milik Allah. Yang dimiliki tentu tidak dapat dikatakan satu dengan
pemiliknya. Jika saya katakan pada seseorang بَيْتُ
الصَّادِيْقِ (Rumah si Shodiq) dalam arti
Rumah milik Shodiq. Apakah kita akan mengatakan rumah Shodiq itu satu dengan
Shodiq..? Tentu tidak, rumah Shodiq beda dan Shodiq juga beda. Keduanya tidak
bisa dikatakan satu. Demikian juga antara Ruh Allah dengan Allah dan Firman Allah
dengan Allah. Tidak bisa dikatakan sama dan satu. Ruh Allah beda, kalimat Allah
beda dan Allah juga beda.
Selanjutnya
jika kedua kalimat diatas memakai takdir ﻣِﻦْ (dari). Maka kedua kalimat itu
masing-masing akan berarti Ruh dari Allah dan Firman dari Allah.
Ini dapat dimaksudkan bahwa Ruh dan Firman itu datangnya dari Allah. Itu benar,
sebab kita semua tau bahwa semua makhluk itu datang dari Allah dan akan kembali
kepada-Nya.
Takdir ﻓِﻰ (pada) tidak bisa masuk kedalam
dua kalimat diatas. Sebab takdir ini hanya untuk kata-kata tertentu dan jarang
digunakan. Jadi berdasarkan Tata Bahasa Arab antara Ruh Allah, Firman Allah dan
Allah tidak bisa dikatakan satu. Lagi pula tidak ada dibagian mana pun di dalam
al-Qurân yang mangatakan bahwa Allah itu Ruh atau Firman. Jadi orang Kristen
tidak punya alasan untuk mengatakan ketiganya satu. ‘Isa dikatakan Ruh dan
Kalimat/ Firman Allah, itu karena beliau adalah seorang Nabi yang punya
keistimewaan yaitu lahir tanpa ayah. Dia terjadi dengan kalimat Allah, yaitu
kalimat ﻛُﻦْ (jadilah), maka dia pun terjadi
atas izin Allah. Periksa surat Ali Imran 3:59 dan Yasin 36:82.
Apabila kita
periksa al-Qurân secara keseluruhan, kata Ruh sebenarnya tidak cuma ditujukan
kepada Isa (Yesus), tapi juga kepada yang lain. Seperti Jibril. Malaikat Jibril
juga dikatakan Ruh Allah. Periksa surat Maryam 19:17. Saudara Vivaldi pada
point keenamnya salah dalam menafsirkan kata Ruh pada ayat itu. Kalimat Ruh
Kami pada ayat itu adalah Malaikat Jibril bukan Isa. Sedangkan Dhomir (kata ganti)
“Nya” disana ditujukan kepada Maryam (Maria), ibunya Isa. Maksud ayat tersebut
sebanarnya adalah, Maka Kami mengutus Malaikat Jibril kepada Maryam, maka
Malaikat Jibril menjelma di hadapan Maryam menjadi manusia yang sempurna.
Periksa ayat itu dengan baik-baik. Jangan ambil sepotong-potong sehingga
membuat anda kehilangan konteks. Setelah ayat itu ada dialog antara Maryam
dengan Jibril. Disana Jibril memberitaukan akan kehamilan Maryam. Berarti
ketika itu Isa belum ada. Periksa juga cerita ini dalam Injil Lukas 1:26-35.
Jibril (Ruhul Qudus) juga dikatakan satu dengan Allah menurut ajaran Kristen.
Seperti sebelumnya, mereka tidak punya alasan untuk memperkuat anggapan ini.
Kemudian
kata Firman Allah. Ini juga tidak bisa disamakan dengan Allah. Firman Allah
dengan Allah itu berbeda. Nabi Musa juga diberi gelar ﻛَﻠِﻴْﻢُﺍﷲ oleh Allah. ﻛَﻠِﻴْﻢُﺍﷲ juga berarti firman Allah. Saya
mendengar orang-orang Kristen juga mengatakan al-Kitab itu Firman Allah/ Tuhan.
Jika kalimat Firman Tuhan dapat disamakan dengan Tuhan, tentu al-Kitab juga
bisa dinamakan Tuhan/ Allah. Jika anda orang Kristen, anda melihat di
toko-toko buku banyak menjual al-Kitab, tentu saya rasa anda akan mengatakan,
“Oh, saat ini sudah banyak toko-toko buku yang menjual Tuhan”. Ketika anda di
tengah jalan, anda melihat al-Kitab berserakan. Maka anda akan mengatakan bahwa
Tuhan tercecer di jalanan.
7. Isa ‘Alaihissalam.
Adalah satu-satunya imam mahdi
"Tidak
ada Imam Mahdi selain Isa putra Maryam." "Laa mahdia illa isabnu
Maryama." (Hadits
Ibnu Majah)
Selengkapnya
hadits tersebut berbunyi sbb.
Dari Anas
bin Malik ra bahwa Rarulullah Sallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Tidak
bertambah urusan melainkan semakin sulit, dunia semakin rusak, manusia semakin
bakhil dan tidaklah datang kiamat melainkan atas manusia yang paling jelek. Dan
tidak ada al-Mahdi kecuali Isa bin Maryam. (HR. Ibnu Majah 2:1341 dan Hakim 4:441-442)
Hadits di
atas juga digunakan oleh orang-orang anti Imam Mahdi untuk menolak
kedatangan Imam Mahdi. Saya ingin paparkan pandangan para ulama mengenai
hadits ini.
Baihaqi,
Hakim, al-Hafizd Ibnu Taimiyah dalam Minhajus Sunnah 8:256, al-Qori dalam
Mirqotul Mafatih 10:183 dan Ibnu Qoyyim dalam Manarul Munif 148 menyatakan
bahwa hadits ini dho’if (lemah). Di dalamnya terdapat Perawi bernama Muhammad
bin Khalid Al-Jundi. Tentang pria ini menurut al-Hafizd Ibnu Hajar dalam
Taqribut Tahdzir 2:157 dan Abu Abdillah Al-Hakim orangnya majhul (tidak
dikenal). Sedangkan al-Azdi berpendapat haditsnya mungkar. Dan menurut
Adz-Dzahabi hadits di atas adalah kabar mungkar. Periksa Mizanul I’tidal 3:535.
Mengenai
hadits ini juga As-Shighoti berpendapat Maudu’. Periksa buku as-Saukani dalam
Fawalidul Majmu’ah 127. Dan seandainya pun hadits ini shoheh seperti kata Imam Ibnu
Katsir itu tidak masalah. Saya setuju ‘Isa bin Maryam itu adalah Imam Mahdi.
Dalam arti Imam Mahdi yang sempurna dan ma’sum seperti kata Abu Abdillah
al-Qurtubi dalam At-Tazdkiroh Fi Ahwalil Mauta wa Unuril Akhirah hal. 817.
Tetapi tidak menutup kemungkinan ada Imam Mahdi yang lain sebelum dia.
Andaikata ‘Isa itu Imam Mahdi itu tidak mengindikasikan bahwa dia Tuhan.
8. Isa
dilahirkan bukan dari Bapa Insani, tetapi dari roh Allah
"Ingatlah
kisah seorang perempuan yang memelihara kehormatannya (Maryam) lalu Kami
tiupkan kepadanya Roh Kami (Roh Allah) dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda
(kuasa Allah) bagi semesta alam." "Wallati ahshanat farjahaa fa
nafakhnaa fiihaa mir ruuhinaa Wa ja'alnaahaa wabnahaa ayatal
lil'aalamiin." (Qs.
21 Al Anbiyaa 91)
Saya sudah
jelaskan sebelumnya pengertian kalimat Ruh Allah.
9. Isa ‘Alaihissalam.
Lahir, mati dan dihidupkan kembali
"Dan
sejahtera atasnya pada hari ia dilahirkan, pada hari dia wafat, dan pada hari
ia dibangkitkan hidup kembali." "Wa salaamu 'alayya yauma wulittu,
wa yauma amuutu, wa yauma ub'atsu hayaa." (Qs.19 Maryam 33)
Hari dia
dilahirkan (sebelum masehi), hari dia diwafatkan (pada kedatangannya yang
kedua) dan hari dia dibangkitkan hidup kembali (pada hari kiamat). Kata ganti
dalam ayat di atas adalah “Aku” (orang pertama) bukan dia (orang ketiga).
Saudara Vivaldi melakukan kesalahan. Periksa lagi dengan baik. Tidak ada
masalah dengan ayat ini.
Arti yang
benar pada ayat di atas adalah:
“Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
10. Isa ‘Alaihissalam.
Mati, diangkat dan pengikutnya diatas orang kafir
"Ingatlah
tatkala Allah berfirman: Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu, dan
mengangkatmu kepadaKu, dan akan menyucikan engkau dari orang-orang kafir, dan
menjadikan orang-orang yang mengikutimu diatas mereka yang kafir hingga hari
kiamat." "Idz qaalallahu yaa Isa, innii mutawafika, wa raafi'uka
ilayya, wa muthahhiruka minal ladzinaa kafaruu, wa jaa'ilul ladzina tabauka
fauqal ladzina kafaruu ilaa yaumil qiyamati." (Qs.3 Ali Imran 55)
Sudah ada
penjelasan tentang ayat ini sebelumnya.
11. Isa ‘Alaihissalam.
Menyembuhkan orang buta sejak lahir.
"Dan
Aku menyembuhkan orang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit
sopak, dan Aku sanggup menghidupkan orang mati dengan seizin Allah." "Wa'
ubriul akmaha, wal abrasha, wa uhyil mautaa bi idznillah." (Qs. 3 Ali Imran 49)
12. Isa ‘Alaihissalam.
Menghidupkan orang mati
“..dan diwaktu
kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan izinKu,....“ “...wa
idz tukhrijul mautaa biidzni.....” (Qs. 5 Al maa-idah 110)
Saya percaya
bahwa ‘Isa bisa menyembuhkan orang buta dari kebutaannya dan menghidupkan orang
mati. Tapi harus digaris bawahi, semua itu terjadi atas izin Allah. Periksa
dengan baik kedua ayat di atas. Semua terjadi bukan karena kemampuan ‘Isa
semata, melainkan atas izin dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
13. Isa ‘Alaihissalam.
Diberi mujizat dan roh kudus
"Dan
Kami berikan kepada Isa putra Maryam, beberapa mujizat serta Kami perkuat Dia
dengan Rohul Kudus." "Wa aatainaa 'isabna Maryama bayyinaati wa
ayyadnaahu bi ruuhil qudusi." (Qs. 2 Al Baqarah 253)
Nabi Isa ‘Alaihissalam
diberikan oleh Allah beberapa mukjizat itu benar. Dia bisa menyembuhkan orang
buta, menyembuhkan penyakit sopak, menghidupkan orang mati dan lain-lain. Musa
juga diberikan mukjizat, tongkatnya bisa menjadi ular. Muhammad juga punya
mukjizat, beliau bisa membelah bulan dan lain-lain. Semua mukjizat itu terjadi
atas izin Allah dan sebagai bukti kenabian bagi mereka. Bukan karena mereka
memiliki defenisi ketuhanan.
Nabi Isa
diperkuat dengan Ruhul Qudus, itu juga benar. Ruhul Qudus dalam ayat diatas
adalah malaikat Jibril. Bukan Ruh yang satu dengan Allah. Sebab Allah tidak
membutukan Ruh untuk hidup.
14. Kafir orang
yang menolak Isa ‘Alaihissalam
"Dan
karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam
dengan kedustaan besar (zinah)." “Wa bi kufrihm wa qaulihim 'alaa
maryama buhtaanan 'azhiimaa." (Qs. 4 An Nisaa' 156)
Kafir orang
yang menolak Isa itu benar. Kami orang Muslim tidak pernah menolak Isa. Kami
menghormati dan beriman kepadanya, tapi sebagai salah seorang Nabi dan Rasul
Allah. Bukan sebagai Tuhan.
15. Isa ‘Alaihissalam.
Akan diimani oleh semua ahli kitab
"Dan
tidak seorangpun dari ahli kitab melainkan akan beriman kepada Isa sebelum
matinya, dan pada hari kiamat. Dia menjadi saksi terhadap mereka." "
Wa im min ahli kitaabi illa la yu'minanna bihi qabla mautihiiwa yaumal qiyaamati
yakuunu 'alahim syahidaa." (Qs. 4 An Nissa 159)
Ayat diatas
benar. Pada kedatangan Yesus yang kedua nanti, semua Ahli Kitab yang hidup pada
masa itu akan beriman kepadanya. Tapi bukan menganggap dia Tuhan.
16. Tidak
menurut taurat dan injil, maka tidak dipandang beragama
"Katakanlah:
Hai ahli kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan
ajaran ajaran Taurat, Injil dan apa apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu." "Qul yaa ahlal kitaabi lastum 'alaa syai-in hattaa tukimut
tauraata wal injiila wa maa unzila ilaikum mir rabbkum." (Qs. 5 Al Maa-idah 68)
Taurat dan
Injil yang tergabung di dalam al-Kitab orang Kristen sekarang bukanlah Taurat
dan Injil yang diimani oleh orang Islam. Orang Islam hanya beriman terhadap
Taurat dan Injil asli yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa. Sementara saat
ini kitab asli itu sudah tidak ditemui lagi. Taurat dan Injil yang ada dalam
al-Kitab ummat Kristen sekarang tidak dapat lagi dijamin kebenarannya seratus
persen. Ada banyak bukti untuk itu. Banyak kesalahan yang terdapat di dalamnya.
Baik kesalahan matematis, kesalahan ilmiah, pertentangan antara ayat dengan
ayat dan lain-lain. Tentunya di dalam Taurat dan Injil yang asli dulu tidak
mungkin ada kesalahan seperti itu.
Saya akan
memberikan buktinya. Di dalam perjanjian lama, 2 Tawarikh 21:20 disebutkan.
Ia berumur
tiga puluh dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan delapan tahun lamanya ia
memerintah di Yerusalem. Ia meninggal dengan tidak dicintai orang. Ia
dikuburkan di kota Daud, tetapi tidak di dalam pekuburan raja-raja.
Dari ayat
tersebut dapat disimpulkan bahwa Raja Yoram berumur 32 tahun saat dia menjadi
raja. Dia memerintah di Yerusalem selama 8 tahun lalu dia meninggal. Berarti
dia meninggal pada umur 40 tahun. Kemudian apabila diperiksa pada pasal
selanjutnya dalam 2 Tawarikh 22:1-2 disana dikatakan.
1Lalu penduduk Yerusalem
mengangkat Ahazia, anaknya yang bungsu, menjadi raja menggantikan dia, karena
semua anaknya yang lebih tua umurnya telah dibunuh oleh gerombolan yang datang
ke tempat perkemahan bersama-sama orang-orang Arab. Dengan demikian Ahazia,
anak Yoram raja Yehuda, menjadi raja. 2Ahazia berumur empat puluh dua tahun pada waktu ia
menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah
Atalya, cucu Omri.
Pada ayat
diatas dapat kita lihat, setelah Raja Yoram meninggal tahta kerajaan dipegang
oleh anak bungsunya, Ahazia. Ketika itu Ahazia berumur 42 tahun. Bayangkan saat
Yoram meninggal umur 40 tahun, anaknya Ahazia sudah berumur 42 tahun. Seorang anak
lebih tua dua tahun dari ayahnya. Apa itu mungkin? Sebuah kesalahan matematis.
Selanjutnya
jika kita buka kitab Kejadian 1:5 disana dikatakan. Dan Allah menamai terang
itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari
pertama.
Menurut ayat
diatas, pada hari pertama penciptaan alam semesta siang dan malam telah ada.
Kemudian pada kitab yang sama bab yang sama ayat 16-19 disebutkan. 16Maka
Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar
untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan
menjadikan juga bintang-bintang. 17Allah menaruh semuanya itu
di cakrawala untuk menerangi bumi, 18dan untuk menguasai
siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa
semuanya itu baik. 19Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah
hari keempat.
Pada ayat
diatas dijelaskan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat. Pada hari
pertama siang dan malam telah ada, sementara matahari baru diciptakan pada hari
keempat. Bagaimana ada siang dan malam tanpa cahaya matahari? Suatu kesalahan
ilmiah.
Lebih jauh
lagi jika kita buka 2 Raja-Raja 8:26. Ia berumur dua puluh dua tahun pada
waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama
ibunya ialah Atalya, cucu Omri raja Israel.
Di ayat
tersebut dinyatakan bahwa Ahazia anak Yoram berumur 22 tahun ketika menjadi
raja. Pada 2 Tawarikh 22:2 dikatakan. 2Ahazia berumur empat puluh
dua tahun pada waktu ia menjadi raja dan setahun lamanya ia memerintah di
Yerusalem. Nama ibunya ialah Atalya, cucu Omri.
Pada satu
tempat Ahazia menjadi raja umur 22 tahun di tempat lain 42 tahun. 22 atau 42?
Pertentangan ayat yang jelas.
Al-Kitab
ummat Kristen tersebut tidak bisa dikatakan firman Allah seratus persen. Di dalamnya
mungkin ada kata-kata yang bisa dianggap perkataan Allah, tapi disana juga ada
perkataan para Nabi dan ahli sejarah. Sebagai contok saya berikan. Dalam Kitab
Keluaran 10:21 dikatakan. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah
tanganmu ke langit, supaya datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang
dapat meraba gelap itu."
Ayat diatas
adalah perkataan Allah pada Musa. Seterusnya jika dibuka Injil Matius 9:15. Jawab
Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki
berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang
mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Ayat diatas
adalah perkataan Yesus, nabi Allah. Kemudian dalam Markus 16:9 disebutkan. Setelah
Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan
diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh
setan.
Ayat diatas
adalah perkataan ahli sejarah. Jadi al-Kitab tidak sepenuhnya bisa dikatakan
firman Allah. Lebih jauh lagi jika kita bandingkan antara kitab terjemahan lama
tahun 1958 dengan terjemahan baru yang dipakai sekarang, terjemahan tahun 1972.
Maka disana akan kita jumpai banyak perobahan. Di terjemahan lama ada nabi
bernama Ibrahim sedang terjemahan baru namanya menjadi Abraham. Di terjemahan
lama ada bernama Yahya, sedang diterjemahan baru namanya menjadi Yohanes.
Diterjemahan lama nama ibu Yesus adalah Maryam, sedang diterjemahan baru
menjadi Maria.
Sebenarnya
masih banyak lagi hal-hal lain yang membuat al-Kitab tidak dapat dipercaya.
Dengan alasan-alasan itulah yang membuat ummat Islam tidak meyakini kitab suci
ummat Kristen tersebut. Jadi Taurat dan Injil yang dinyatakan dalam al-Qur'an
bukanlah yang dipakai ummat Kristen sekarang.
17. Taurat dan
Injil induk dari al-Qur’an
"Dan
sesungguhnya Alquran itu salam induk Alkitab, disisi Kami adalah tinggi dan
penuh hikmat." "Wa innahu fii ummil kitaabi ladainaa la 'aliyyuna
hakiim." (Qs. 43 Az
Zukhruf 4)
Yang perlu
digaris bawahi dalam ayat diatas adalah kata al-Kitab. Saudara Vivaldi
menganggap itu adalah Taurat dan Injil yang katanya tergabung dalam al-Kitab
mereka. Beliau salah, al-Kitab pada ayat diatas adalah al-Kitab induk yang ada
di Lauh Mahfuzh.
18. Isa ‘Alaihissalam.
Berkuasa/ terkemuka didunia dan di akhirat
"Ketika
malaikat berkata, hai Maryam sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan
Kalimah dari padaNya namanya Almasih putra Maryam, terkemuka didunia dan
diakhirat dan orang yang paling dekat pada Allah." "Idz qalatil
malaikatu yaa Maryama innallaaha yubasyiruki bi kalimatim minhus muhul masihu
'isabnu Maryama wajihan fissun-yaa wal akhirati wa minal muqarrabin." (Qs. 3 ali Imran 45)
Pada ayat di
atas hanya dikatakan terkemuka bukan berkuasa. Harap perhatikan dengan baik.
Dia terkemuka itu benar. Itu adalah kemuliaan yang diberikan Allah kepadanya.
Untuk point
19 dan 20, saya akan membahas hadits riwayat Bukhori Muslim yang dikemukakan
saudara Vivaldi dan dugaan masalah Allah akan menipu orang-orang Muslim. Kedua
point itu belum saya bahas karena tidak ada kaitannya dengan penyaliban yang
kata orang Kristen ada untuk Yesus.
Saudara
Vivaldi mengemukakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam
Muslim. Berikut bunyi hadits tersebut. Dari Abdullah bin Mas’ud ra, dia
berkata: Seakan-akan aku melihat kepada Rasulullah Sallahu ‘Alaihi wa Sallam
ketika beliau menceritakan salah seorang Nabi dari Nabi-Nabi yang banyak itu,
dia dipukul oleh kaumnya sampai berdarah-darah, disapunya darah yang mengalir
di wajahnya itu lalu berdo’a: “Ya Allah, Ampunilah kaumku, karena sesungguhnya
mereka tidak tau”
Hadits di
atas dibandingkan dengan Injil Lukas 23:33-34. 33Ketika mereka
sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan
juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain
di sebelah kiri-Nya. 34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka
membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Setelah
mengutip hadits dan Lukas 23:33-34 di atas saudara Vivaldi member komentar
sebagai berikut: Terlihat bagaimana kesamaan kisah di hadis diatas dengan
kisah penyaliban Yesus. Pembacaan yang obyektif jelas akan melihat kesamaan
yang tidak dapat ditutup-tutupi tersebut. Sangat mungkin muslim akan menyangkal
bahwa hadis diatas mengacu pada Yesus, namun siapa sebenarnya nabi yang
dimaksud? Hadis diatas membuktikan bahwa Muhammad Sallahu ‘Alaihi wa Sallam
memang hanya dengar-dengaran dari cerita-cerita Yahudi dan Nasrani sehingga tidak
tahu kalau yang dibicarakannya adalah Yesus saat berada dikayu salib.
Kemiripan
antara Hadits dan ayat Injil di atas hanya dalam do’a untuk mengampuni kaumnya.
Selain itu tidak ada. Saya berani mengatakan bahwa Nabi yang dimaksud oleh Nabi
Muhammad tidak mengacu kepada Yesus yang katanya waktu ditiang salib. Saya
katakan itu dengan dua alasan.
- Nabi yang diceritakan oleh Rasul adalah Nabi yang dipukuli oleh kaumnya sampai berdarah-darah. Sedang dalam Injil Lukas 23:33-34 tidak ada keterangan apakah Yesus dipukuli atau tidak.
- Rasul menceritakan bahwa setelah Nabi tersebut dipukuli dia menyapu darah yang mengalir di wajahnya. Sedang dalam Lukas 23:33-34 menyatakan bahwa Yesus disalib. Kita tau, ketika penyaliban Yesus yang kata orang Kristen ada itu kedua tangannya dipaku dan diikat di tiang salib. Jadi bagaimana munkgkin dia bisa mengusap darah di wajahnya sementara kedua tangannya dipaku dan diikat…?
Jadi
jelaslah bahwa Nabi yang diceritakan oleh Rasul itu tidak mengacu kepada Yesus
di tiang salib. Kalaupun yang dimaksud adalah Yesus, mungkin diwaktu yang lain.
Bukan saat adanya peristiwa penyaliban.
Point
selanjutnya adalah dugaan bahwa Allah akan menipu orang-orang Muslim. Yang
pertama dalam point ini saudara Vivaldi mengutip sebuah hadits Rasulullah Sallahu
‘Alaihi wa Sallam dalam riwatyat Imam Bukhari. (Copy Paste dari tulisan
saudara Vivaldi)
Beberapa
orang bertanya,“O Rasulullah, apakah kami akan melihat Tuhan kami di hari
kebangkitan?” Rasulullah berkata,“Apakah kalian beramai-ramai dan
berdesak-desakan saat melihat matahari tidak tertutup awan?” Mereka
menjawab,“Tidak” Rasulullah berkata,“Apakah kalian beramai-ramai dan
berdesak-desakan saat melihat bulan purnama tidak tertutup awan?” Mereka
menjawab,“Tidak” Rasulullah berkata,“Demikian pula kalian akan melihat Tuhan di
hari kebangkitan. Aulloh akan mengumpulkan kalian semua dan berkata.‘Siapapun
yang menyembah sesuatu akan mengikuti apa yang dia sembah ……..………. Aulloh
akan datang kepada mereka dalam bentuk yang tidak pernah mereka kenal dan
akan berkata,‘Akulah tuhanmu’. Mereka akan berkata,‘Kami berlindung dengan
Aulloh terhadap kamu. Ini adalah kediaman kami dan kami tidak akan mengikuti
kamu hingga Tuhan kami datang, dan ketika Tuhan kami datang, kami akan
mengenalNya’ kemudian aulloh akan datang dalam wujud yang mereka kenal
dan berkata,‘Akulah Tuhanmu’ Mereka akan berkata,‘Sunguh, Engkaulah Tuhan
kami’, dan mereka akan mengikutiNya ….
Masalah yang
diangkat oleh saudara Vivaldi dalam hadits diatas adalah kedatangan Allah kepada
orang Muslim dalam dua wujud yang berbeda. Kedatangan pertama dalam bentuk yang
tidak dikenal dan kedatangan kedua dalam wujud yang dikenal. Dengan sebab itu
menurut beliau Allah menipu orang Muslim. Terus terang, dalam hadits diatas
saya tidak sedikitpun menjumpai adanya penipuan.
Jika
misalnya saya meninggalkan anak-anak saya di kampung selama sepuluh tahun.
Kemudian saya datang kepada mereka kembali dalam satu wujud yang tidak mereka
kenal. Katakanlah saya datang dengan penampilan memakai jenggot tebal, kumis,
jambang dan rambut yang panjang. Saya datang kepada mereka dan menyatakan bahwa
saya adalah ayah mereka. Lalu mereka tidak percaya karena mereka tidak
mengenali saya. Kemudian saya pergi ke salon memangkas rambut, mencukur
jenggot, jambang dan semuanya. Setelah itu saya datang lagi dan mereka telah
mengenali saya. Apa itu berarti saya menipu mereka…? Jawabannya tentu tidak.
Begitu juga dengan hadits diatas. Allah sedikitpun tidak menipu orang-orang
Muslim. Harap pahami dulu apa defenisi menipu.
Hal kedua
dalam point ini yang dikutip oleh saudara Vivaldi adalah al-Qurân surat
al-Anfal 8:43. (yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam
mimpimu (berjumlah) sedikit. dan sekiranya Allah memperlihatkan mereka kepada
kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar dan tentu saja kamu akan
berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah Telah menyelamatkan
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.
Setelah
mengutip ayat tersebut saudara Vivaldi memberi komentar sbb: QS 8 : 43
berbicara tentang perang Badar. Al Qur’an mencatat perang Badar dimana Aulloh Subhanahu
wa Ta’ala melakukan “penyesatan” lewat mimpi Muhammad demi hendak menaikkan
moral perang diantara pejuang Muslim. Lewat mimpi, Aulloh memperlihatkan kepada
Muhammad bahwa musuh yang akan dihadapi hanyalah sejumlah kecil, padahal
sebenarnya bohong.
Apakah
aulloh tidak mampu menolong mahluknya dengan banyak cara lain yang tidak usah
melibatkan penipuan dan penyesatan manusia. Karena aulloh Subhanahu wa Ta’ala
mampu menipu muslim, jadi tidak ada jaminan sama sekali bahwa saat ini aulloh
tidak menipu muslim dengan cerita penyaliban dalam al-qur’an yang jelas-jelas
kacau balau.
Perlu
digaris bawahi. Pada al-Qurân surat al-Anfal 8:43 diatas, Allah hanya
memperlihatkan tentara Musyrik dalam jumlah yang sedikit dalam mimpi Nabi
Muhammad. Hanya memperlihatkan dan tidak mengatakan mereka sedikit.
Jika
misalnya saya punya seorang anak, suatu hari dia minta uang kepada saya. Saya
kebetulan baru menerima gaji belasan juta. Dari kantong saya saya hanya
mengeluarkan selembar uang ketika anak saya tersebut meminta. Sedang puluhan
lembar lainnya saya simpan di kantong lain. Saya takut anak saya akan minta
uang banyak jika saya perlihatkan semuanya. Itu akan bisa membuat dia jadi
boros. Apa saya dikatakan berbohong dengan melakukan hal itu…? Tidak, saya
tidak berbohong. Sebab saya hanya memperlihatkan selembar uang kepada dia dan
tidak mengatakan bahwa uang saya cuma itu.
Dalam ayat
di atas Allah juga hanya memperlihatkan orang Musyrik dalam mimpi Muhammad dalam
jumlah yang sedikit. Dan Allah tidak mengatakan mereka sedikit. Jadi Allah
tidak membohongi orang-orang Muslim. Namun justru memberi semangat buat mereka.
Dikatakan Allah menipu mereka…? Tidak juga, kalau seandainya Allah menipu
mereka tentu mereka akan mendapat kekalahan dalam peperangan. Namun
kenyataannya tidak demikian.
Saudara
Vivaldi bertanya, Apakah Allah tidak mampu menolong makhluk-Nya dengan cara
lain…? Saya rasa saudara Vivaldi tidak tau sejarah perang Badar. Jumlah
orang-orang Musyrik yang diperlihatkan dalam mimpi Nabi Muhammad Sallahu
‘Alaihi wa Sallam adalah awal dari pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika anda melangkah satu langkah lagi dari ayat di atas, pada ayat 44. Disana
Allah mengatakan bahwa Dia secara langsung tanpa melalui mimpi memperlihatkan
pasukan Musyrikin dalam pandangan pasukan Muslimin dalam jumlah yang sedikit.
Demikian juga pasukan Muslimin dalam pandangan pasukan Musyrikin, juga dalam
jumlah yang sedikit. Kenapa Allah melakukan itu…? Jawabannya ada pada akhir
ayat. Karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. Yaitu
kemenangan kaum Muslimin.
Perang Badar
terjadi pada tahun ke-2 H, sekitar tahun 624 M. Jumlah pasukan Muslimin pada
peperangan ini hanya 313 sampai 317 orang dengan persenjataan yang kurang. Sementara
pasukan Musyrikin berjumlah 1000 personil dengan persenjataan yang lengkap dan
siap tempur. Apa itu seimbang…? Pada akhir peperangan kemenangan ada di pihak
kaum Muslimin. Kaum Musyrikin terbunuh 70 orang dan 70 lainnya tertawan.
Sementara orang-orang Muslim hanya meninggal sebagai Syuhada’ sebanyak 14
orang.
Bayangkan,
pasukan Muslimin dapat mengalahkan pasukan Musrikin yang jumlahnya lebih tiga
kali lipat dari mereka. Apa saudara Vivaldi fikir ini bukan pertolongan Allah…?
Inilah urusan yang dilakukan Allah dalam surat al-Anfal 8:44 yaitu membuat
kemenangan ada di pihak Muslimin.
Saya harap
saya sudah menjawab semua penafsiran yang salah dari saudara Vivaldi tentang
al-Qurân. Semoga bermanfaat buat kita semua. Wallahu A’lam. Trim’s
Pengarang Injil Barnabas hidup setelah zaman Muhammad yang hidup beberapa abad sesudah Yesus, oleh Yesus disebut dan ditunjuk sebagai Mesias. Hal itu dibuktikan dalam dua pasal. Dalam pasal 44 kita baca ungkapan Yesus:
BalasHapus“Ya Muhammad, semoga Allah besertamu dan menjadikan aku layak untuk membuka tali kasutmu, karena apabila aku memperoleh itu, aku akan menjadi seorang nabi yang besar serta seorang kudus Allah.”
Tulisan panjang lebar hanya utk membenarkan Quran? Hadeh....kebohongan apa yg terus terpelihara ini
BalasHapus